Friday, November 28, 2008

chapter 1

Kadang kesendirian membuat kekuatan dalam jiwa, tapi terkadang kesendirian pula yang menjerumuskan diri dalam kenistaan tak berbentuk….tak tersadarkan jam kuliah sudah hampir habis, hampir 2 jam mata kuliah sastra inggris aku habiskan hanya untuk merenung. Akan tetapi kemudian riska menyadarkan diriku dan mengajak untuk makan di kantin…

“No, makan yuk…kamu udah makan belum?” Riska, mengajakku
“ ayo “ Aku menjawab sambil memasukkan buku kedalam tas
“Ada apa no? tadi kok melamun terus….”
“ga’ ada yang serius sih, tapi aku bingung kenapa selama ini aku ga’ pernah serius ama anak yang deket ama aku ya….”

Setelah agak lama menunggu pesanan kami berdua, makananpun datang dan pembicaraan diantara kami terhenti……tapi kemudian andy datang sambil senyum dan berkata “Gimana kabar pak Umar tadi? Mood ga’ dia tadi ngajarnya?” pertanyaan yang sering diucapkan olehnya untuk Dosen “Kesayangannya” dan aku sudah tau bahwa pertanyaaanya tidak memerlukan jawaban dariku. Semakin lama pembicaraan di kantin tersebut semakin menghangatkan suasana sore yang mulai agak mendung….

~~~%%%%~~~

Aku tersenyum sendiri melihat beberapa foto wanita yang ada di laci kamarku sambil sesekali mengingat beberapa peristiwa yang pernah terjadi. Tiba – tiba terdengar suara “no, km mau bikin kopi atau teh ?” suara ibu bertanya.
“Kopi susu aja” (meskipun ga’ ada di pilihan)
ah,aku belum kerjain tugas dari pak Umar….

semakin lama waktu menjadi semakin menyelimuti gulita yang seakan akan menerkam keramaian yang dari tadi terdengar di ruang tengah rumahku, meskipun aku sendiri masih sibuk dengan pikiran yang tidak jelas lagi arah dan tujuannya. berbunyi suara sms yang memecah keheningan yang sudah lama menemani…..” besok datang pagi ya, gw mau nyontek tugasmu ” dibawah tertera nama yang tidak asing lagi, hanya sms bila ada tugas dan ngajak jalan ---si andy.

Bagus amat kerjaan kamu, pantes aja pak Umar berencana jadiin kamu asistennya..aku hanya senyum kecut tau bahwa andy hanya memujiku hanya pada waktu – waktu seperti ini…ke “Mnet” yuk, aku lupa harus mengirim email untuk temenku di medan, mungkin dia sudah nunggu lama. Jalan sekitar 10 menit sudah sampai di warnet secara intuisi aku langsung memilih pc paling pojok karena merasa hanya di tempat itulah aku dapat mendapatkan privasiku (yang dalam bahasa Indonesia sendiri aku belum menemukan padanan katanya). Di Mnet inilah koneksi yang dianggap paling cepat disekitar kampus juga fasilitasnya.setelah membuka mozilla, aku mulai memasukkan alamatnya..setelah itu muncul permintaan untuk memasukan alamat emailku : “replay@yahoo.com” dengan password “exit”.melihat inbox emailku yang hanya berisi email dari milis-milis yang aku ikuti aku ganti meng – click button untuk mengirim email “maaf ya aku lama balesnya, aku sibuk banget. Gimana kabar? Aku mau sms ga’ tau sekarang kamu pake no apa…tapi emang sebaiknya aku mulai keluar dari kehidupanmu. meskipun kamu bisa miliki aku itupun hanya bayangan diriku karena ragaku sendiri juga sedang mencari jiwanya. Karena itulah, aku rasa seharusnya kau mencari orang lain untuk mengajarkan kedewasaan untukmu, oh ya kirim no ponselmu yang baru…ok” aku isi subjeknya dengan “Maaf ya….”, dan to “sweety@yahoo.co.id” , ndy…balik yuk udah sore mau hujan nih.

Setelah mandi dan bersantai duduk diruang tamu terdengar raungan motor china yang ga’ begitu aku kenal, tetapi cara memasukkan kedalam rumah kayaknya dia bukan orang asing….“Hallo bang jack, kapan datang kemari” aku bertanya pada kawan yang sudah seperti saudara. “tadi pagi”. “gimana kabar? lama juga tak jumpa”…baek.jalan yuk…minum kopi kek….“berangkat” dia menyahut dengan semangat. setelah minum beberapa seruputan kopi. Si jack mulai bernada serius, yang anehnya memang saat – saat seperti itulah yang aku tunggu. “gimana ya No, keadaan global sekarang, apa yang sedang di pikirkan orang di dunia ini? Apa yang mereka cari? Kayaknya sekarang pikiran banyak orang mulai berkumpul pada satu kata dan kesimpulan” pertanyaan yang sangat – sangat intelek dari seorang protolan SD (sekolah dasar). “Aku heran tak terlewatkan sedikit kekerasan yang memang dulu aku rasakan dalam setiap kegiatanku, mereka mulai berontak dengan kebijakan orang tuanya, pemerintah bahkan dengan hati nuraninya…..” sebelum melanjutkan orasinya dia menyalakan sebatang dji sam soe produksi lokal yang selalu dia bilang untuk mengusir nyamuk. “bukan ketidak mampuan, bukan kemalasan tetapi penempatan rasa kepuasan yang tidak tepat. Tidak puas dengan kebijakan, dengan hati nuraninya yang kadang malah tambah mendorong rasa ketidakmampuan, kemalasan yang sering berakhir dengan kekerasan” aku hanya terdiam mendengar deklamasi dari orang yang selalu liar bila hanya dilihat dari kasat mata, tetapi selalu memaknai setiap katanya dengan aroma pencarian kesempurnaan dan pelecut pencarian kebebasan yang sebenarnya. “mengapa mereka tidak mencari, hanya menunggu durian jatuh di depan mereka, yang merekapun tak sadar bila durian jatuh itu mengenai kepalanya…akan jadi apa kepala mereka” kembali dia minum kopinya dan kali ini dia menghisap rokoknya dalam – dalam seakan tak ingin melepaskan kenikmatan dari rokok bajakannya sambil mengucapkan “ini saatnya ada peraturan baru yang di patuhi secara global, tapi apakah mereka semuanya mau ikuti? Mungkin ego mereka terlalu sombong untuk sedikit menerima…. ” kata terakhirnya di biarkan mengambang seakan memberikan pekerjaan rumah untuk aku pikirkan. Setelah menghabiskan kopi dan rokoknya dia mengajak pulang.......dalam kamar aku mulai memikirkan setiap kata dari kawanku tersebut, mungkinkah ini yang dinamakan “filsafat wong cilik ” yang sering di sebut – sebut oleh Umar Kayam dalam bukunya. Aku juga masih terheran – heran mengapa orang yang begitu cerdas, ijazah SD pun ia tak punya, mungkinkah jiwa kebebasannya yang membawanya terbang dan tak mau turun ketanah karena takut terkotori sayapnya sehingga tak akan bisa terbang lagi....benar – benar seorang intelek sejati (gumamku kagum pada jack).

Merenung dalam kesunyian memikirkan kepada sesuatu yang tak jelas mengapa banyak pertentangan dalam jiwa yang menyatu serasa seperti perbedaan yang membedakan bumi dengan langit, tetapi kenapa perbedaan itu membuat suatu guratan – guratan yang membentuk penghubung diantara keduanya yang melukiskan betapa menyatu dan tak terpisahkan mereka.....
Waktu sudah menjelang pukul 03.00 pagi. Memberi isyarat kepadaku untuk melanjutkan perjalannku di alam tidur karena besok aku ada kuliah pagi...dan ku akhiri hari itu dengan sebuah renungan si jack di tambah dengan sebuah doa penghantar mimpiku.

~~~%%%%~~~

Sesaat aku mulai terdiam seakan senyawa dalam otak tak bereaksi, cairan darah membeku tak mengalir ke seluruh tulang,,,datang sebuah sms dari orang yang telah memintaku untuk mengajarkan kedewasaan untuknya, memberiku gambaran dan juga ajaran yang hanya dimiliki oleh mahluk yang bernama wanita. mencaci tanpa ujung yang jelas,berkreasi tanpa mengunakan logika memberi semua yang terendap dalam jiwanya tanpa melakukan sensor terhadap setiap kata yang tertulis, seakan aku seorang terdakwa tanpa pembela.....aku hanya membalas smsnya dengan sebuah kata yang mungkin tak berarti apa – apa untuknya “ sorry ya....“ aku tau dia takkan membaca sebuah wacana yang mungkin bisa aku jadikan pembelaan.

Sesaat aku memikirkan apa yang telah aku lakukan, mungkin memang semua bermula dari nafsu seorang pria tanpa peduli sebuah realita yang tercipta dalam dunia. Di lain pihak seakan aku sudah muak dengan kesendirian menepis sebuah kenangan yang selalu terlintas, hanya berimaji untuk memberikan ketenangan dalam diri yang juga sebenarnya aku sendiri tau itu hanya sebuah fiksi.

Aku mulai tersadar dari semua kenangan dan kesalahan yang telah aku lakukan. Sekarang bukan saatnya untuk meratapi tapi inilah saatnya untuk merenungi dan si jack orang yang selalu mengkritisi dan membangun karakter jiwaku..orang yang tepat untuk aku ajak bicara, maka tanpa pikir panjang langsung aja aku pergi ketempat kakakku untuk menemui si jack dan mengajaknya untuk memberikan kesegaran dalam jiwa.

“Hallo bang jack..“ aku sedikit berteriak sehabis memasukkan motor kedalam halaman rumah kontrakan kakakku, sekaligus markas anak muda yang selalu berkhayal untuk mengejar mimpi dan menanti dia ( wanita ) yang dijanjikan. Alunan lagu “ malam minggunya Slank “ terdengar dari dalam rumah....“kamu lagi ga’ sibuk“ si jack bertanya....“Aku lagi santai,ga’ ada rencana keluar nih...?“ aku melanjutkan bertanya.....“ke warna – warni yuk (salah satu warung yang ada di depan stasiun kota baru malang), lama aku tidak ketemu sama rani yang kerja disitu“ roni yang juga sering dijuluki “Cak Kacong“ oleh temen- temenku...menyahut. “Yau udah kesana aja“ aku mengomentari. Tanpa komando lagi semua yang ada sudah bersiap untuk pergi, termasuk kakakku juga yang dari tadi hanya diam melihat kita ngobrol.

Di warna –warni kita hanya duduk sambil menghisap rokok dan melihat para perempuan muda (tepatnya mungkin anak perempuan) yang kira – kira masih duduk di bangku smu sambil memegang tangan pacarnya bahkan mungkin akan berlanjut kehal –hal yang lebih...yang sudah biasa terlihat di taman balaikota Malang pada malam hari. Biasanya kita hanya tersenyum melihat mereka mempraktekan apa yang biasanya ada di pelajaran fisika ataupun biologi, dan seakan ingin mengajarkan kepada kita yang notabene lebih tua bahkan kepada si jack yang kelihatan lebih udzur di banding yang lain. Mungkin ini hanya sebuah fenomena yang terasa absurd tapi nyata, klise tetapi terpapar jelas tak bertirai....

Memang malam itu aku merasa lebih tenang berada diantara teman sekaligus sahabat. Mereka mengajarkanku sesuatu tanpa memberi nasehat tetapi dari gerak dan rasa yang mereka berikan seakan ingin memberi tau kepadaku sesuatu yang seharusnya aku lakukan. Mencari bukan menunggu, berpikir bukan mengikuti, bertindak bukan berbicara , tersenyum bukan menangis, memberi bukan meminta. Mereka mengajarkan semuanya tanpa menerangkan, lebih sistematis dibanding kurikulum yang disusun oleh para “pakar“ pendidikan resmi.
~~~%%%%~~~

Kadang kita terlalu jujur
Tuk ucapkan cinta
Tapi terlalu banyak alasan
Untuk ucapkan selamat jalan
minggu 14 september 2003

No comments: